Sains membuktikan: rasa itu seperti hidung - setiap orang punya selera sendiri

Apakah Anda tahu ketika Anda menemukan orang yang sangat cantik, berbicara dengan seseorang tentang mereka, dan yang mengejutkan Anda, seseorang mengatakan mereka tidak melihat sesuatu yang istimewa tentang orang yang luar biasa itu? Rupanya diskusi seperti ini sering terjadi, dan untuk menyelesaikan pertanyaan sekali dan untuk semua, sekelompok ilmuwan telah memutuskan untuk mencari tahu apakah rasa benar-benar merupakan hal tertentu.

Studi baru ini memang mendukung teori bahwa setiap orang memiliki selera berbeda untuk apa yang dianggapnya cantik. Tampaknya pengalaman hidup kita mengganggu cara kita memandang wajah orang, itulah sebabnya setiap orang memiliki preferensi yang berbeda.

Secara umum, memang benar bahwa orang lebih suka wajah simetris daripada non-simetris, tetapi itu hanya sebagian dari apa yang membuat kita terlihat cantik atau tidak.

Belajar

Survei tersebut berlangsung dalam dua momen, dengan bantuan 35.000 sukarelawan, yang berpartisipasi dalam tes virtual untuk mengevaluasi keindahan serangkaian wajah. Hasil dari data yang dikumpulkan mengungkapkan bahwa ada kesepakatan di antara para peserta pada orang-orang paling cantik hanya separuh waktu.

Pada bagian kedua penelitian, giliran peneliti untuk memahami bagaimana identik (547 pasangan) dan kembar fraternal (214 pasangan) membentuk preferensi mereka terhadap orang-orang yang mereka anggap cantik atau tidak.

Si kembar fraternal tidak setuju banyak tentang sifat-sifat yang mereka anggap menarik dan, bertentangan dengan kepercayaan populer, hal yang sama berlaku untuk kembar identik, yang memiliki preferensi yang sangat berbeda untuk apa yang mereka anggap cantik.

Dari orang ke orang

Survei membantu kita memahami bahwa, pada kenyataannya, preferensi kita terhadap kecantikan bahkan bersifat pribadi, bahkan di antara orang-orang yang tumbuh bersama.

Bagi para peneliti, penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman hidup kita memengaruhi apa yang kita anggap indah atau tidak, tetapi belum diketahui secara pasti pengalaman apa yang memiliki bobot dalam hal ini atau motifnya.

Penulis penelitian, Laura Germine, percaya bahwa pengalaman baik dengan orang-orang tertentu membuat kita menyukai karakteristik fisik mereka dan, dari sana, secara tidak sadar mencari sifat-sifat yang mengingatkan kita pada orang-orang ini. Mungkin itu sebabnya, misalnya, kita mulai menemukan orang yang cantik ketika kita melihat dia bertingkah keren dan kita gagal melihat kecantikan pada seseorang yang dulu kita anggap cantik, tetapi yang dari waktu ke waktu memiliki sikap yang tidak setuju.