10 cara berbeda untuk menghadapi kematian

Pemakaman dan kremasi bukan satu-satunya cara untuk menghadapi kematian. Di seluruh dunia, orang-orang dari budaya dan kepercayaan yang berbeda terlibat dalam ritual yang berbeda, yang menunjukkan sedikit keragaman budaya umat manusia. Lihatlah contoh kecil varietas ini dan, akibatnya, keanekaragaman budaya umat manusia.

1. Mumifikasi

Mumi-mumi Mesir kuno mungkin adalah cara paling terkenal ketiga untuk menghadapi kematian. Proses ini diperuntukkan bagi anggota kelas atas masyarakat dan termasuk penghapusan semua organ internal tubuh, termasuk otak. Orang Mesir berpikir bahwa ritual semacam ini membantu melestarikan jiwa untuk perjalanan akhirat.

2. Kriogenik

Salah satu legenda urban mengatakan bahwa tubuh Walt Disney dibekukan hingga hari ini sehingga akan dibangkitkan di masa depan. Meskipun ini bohong, sejak pencipta Mickey dikremasi, sekitar 100 mayat telah melalui prosedur ini dan sejauh ini menunggu teknologi dan pengetahuan yang tepat untuk menghidupkannya kembali.

Di Amerika Serikat, setidaknya ada dua perusahaan yang menawarkan layanan cryogenic, dan membekukan tubuh dapat berharga antara $ 82.000 hingga $ 352.000. Siapa yang ingin memelihara hewan peliharaan harus membayar sekitar $ 17.000. Namun, peringatan: meskipun teknik pembekuan sudah dikuasai, masih tidak mungkin untuk menghidupkan kembali siapa pun.

3. Kremasi di Bali

Kremasi orang yang dicintai tidak harus berupa ritual yang tenang dan menangis. Di Bali, umat Hindu mempromosikan semacam karnaval jalanan, dengan hak untuk berpawai sementara tubuh dibakar di dalam guci yang berbentuk banteng.

4. Plastinasi

Dibuat oleh seniman dan ilmuwan Gunther von Hagens pada tahun 1977, plastinasi adalah teknik untuk melestarikan zat biologis yang terdiri dari mengekstraksi cairan tubuh dan menggantinya dengan resin silikon dan lainnya. Ini adalah teknik yang dieksplorasi oleh von Hagens dalam pamerannya tentang tubuh manusia, yang telah berkeliling ke banyak negara.

5. Gua Neanderthal

Jauh sebelum kita mulai menguburkan orang mati, leluhur kita memindahkan mayat mereka ke gua-gua di daerah di mana saat ini Eropa dan Timur Tengah berada. Menurut situs Live Science, ada kemungkinan bahwa Neanderthal percaya bahwa gua-gua ini berfungsi sebagai pintu gerbang ke "dunia lain".

6. Terkubur di Rawa

Banyak penjelajah akhirnya meninggal di rawa-rawa di seluruh dunia, tetapi ada kasus di mana almarhum akhirnya sengaja dikubur di lahan basah ini, terutama selama Abad Pertengahan.

Untungnya, berkat kondisi lingkungan ini, para arkeolog telah dapat menemukan benda yang terpelihara dengan sangat baik karena karakteristik kimiawi dari situs tersebut.

7. Pegunungan dan Hering

Di Tibet, banyak yang mati memiliki takdir yang indah tetapi juga menakutkan. Alih-alih dikremasi atau dikubur, mayat-mayat itu ditakdirkan untuk puncak gunung yang indah. Namun, mereka akhirnya dikirim ke burung nasar yang tinggal di wilayah tersebut.

8. Viking

Ketika Viking yang lebih kaya meninggal, dia diberikan pemakaman yang agak mulia: tubuhnya ditempatkan di atas kapal, bersama dengan perhiasan, makanan, senjata, dan bahkan budak atau binatang pendamping. Setelah semuanya dipasang di tanah kering, kapal dibakar dan dikirim ke laut.

9. Pemakaman Pohon

Banyak suku asli dari daerah seperti Australia dan Siberia lebih suka membaringkan orang mati, lebih tepatnya di pohon. Dibungkus dengan kain kafan atau kain, tubuh kemudian membusuk di hutan.

10. Towers of Silence

Zoroaster percaya bahwa tubuh tidak bersih dan tidak boleh mencemari bumi melalui penguburan atau kremasi. Untuk alasan ini, orang mati dikirim ke "menara keheningan", daerah ritual yang biasanya di atas gunung.

Di sana, mayat terpapar hewan dan unsur-unsur alam. Ketika hanya tulang yang tersisa, mereka dikumpulkan dan dilarutkan.