Kamikazes: siapa mereka, apa yang memotivasi mereka dan apa filosofi mereka

Orang-orang Kamikaze adalah pilot pesawat Jepang bermuatan bahan peledak yang misinya adalah melakukan pemboman bunuh diri terhadap kapal-kapal Sekutu di saat-saat terakhir kampanye Pasifik selama Perang Dunia II.

Seperti halnya pelaku bom bunuh diri, yang dijanjikan imbalan pasca-mortem, Kamikaze juga mengikuti buku pegangan yang menyarankan pilot untuk "melampaui hidup dan mati", menghilangkan semua pemikiran tentang masalah ini.

Nasihat dalam buku pedoman ini bahkan menawarkan kiat-kiat untuk memastikan keberhasilan misi: “Hanya dengan begitu Anda akan benar-benar mengabaikan kehidupan duniawi Anda. Anda akan memiliki kekuatan untuk memusatkan perhatian Anda pada pemberantasan musuh Anda dengan tekad yang tak tergoyahkan. Sementara itu, perkuat keunggulan Anda dalam keterampilan terbang. "

1

Asal kata Kamikaze

Kata Kamikaze tidak lahir dalam Perang Dunia II: ia memiliki asal yang jauh lebih jauh, ketika bangsa Mongol menginvasi Jepang pada tahun 1281, dalam serangan yang dipimpin oleh Kublai Khan, seorang kepala militer yang kuat pada saat itu.

Tetapi ketika orang-orang Mongol hendak mengalahkan Jepang, topan yang sangat merusak menyapu negeri itu. Fenomena itu, bernama Kamikaze (berarti "angin ilahi" dalam bahasa Jepang), sepenuhnya menghilangkan tentara Mongol.

2

Filosofi Kamikaze

Kamikaze mulai digunakan setelah kekalahan Jepang pada Pertempuran Saipan pada Juli 1944. Komandan Armada Udara Filipina Pertama, Takashiro Ohnishi, menyatakan bahwa cara terbaik untuk memberikan kerusakan maksimum pada kapal perang Sekutu itu sengaja menabrak pesawat di atas mereka.

Dia juga mengatakan bahwa melemparkan sebuah pesawat ke sebuah kapal dapat menyebabkan kerusakan yang jauh lebih besar daripada 10 pesawat tanpa henti menembaknya. Berdasarkan pengamatan ini, diputuskan bahwa pilot akan sengaja menabrak kapal Sekutu.

3

Profil Kamikaze

Kamikaze, rata-rata, adalah mahasiswa yang setia kepada Kaisar Jepang, keluarga, dan bangsa. Mereka rata-rata berusia 20 tahun dan sedang belajar sains. Mempersiapkan misi bunuh diri termasuk menulis puisi selamat tinggal dan surat kepada orang yang dicintai, menerima Senninbari (spanduk dahi) dan menghadiri upacara terakhir.

Senninbari adalah bagian khusus di mana seribu wanita berbeda menempatkan masing-masing titik simbolis (band ini juga disebut seribu titik). Upacara perpisahan termasuk minuman "campuran spiritual" yang akan memastikan keberhasilan misi. Mereka kemudian berangkat ke pesawat, meremas antara lebih dari 200 kilogram bom.