Para ilmuwan menggunakan memori palsu untuk mengajar burung bernyanyi

Tidak jarang bagi para ilmuwan untuk menggunakan hewan dengan karakteristik fisiologis yang mirip dengan manusia untuk mencoba memahami fungsi beberapa organ dan fungsi. Sebaliknya, teknik ini masih salah satu yang paling banyak digunakan. Burung finch zebra, misalnya, digunakan bagi para peneliti untuk memahami mekanisme bicara manusia, karena perkembangan vokal burung dan manusia sangat mirip.

Dalam sebuah studi baru-baru ini, sekali lagi burung digunakan. Sebuah tim ilmuwan saraf menanamkan memori palsu tentang melodi yang tidak pernah didengar burung. Mereka menggunakan metode kontrol jaringan hidup-cahaya aoptogenetik untuk mengaktifkan sirkuit neuron spesifik di otak burung.

Dengan menggetarkan alat cahaya dengan kecepatan yang ditentukan dengan menargetkan neuron tertentu, para peneliti dapat menyandikan "memori" di otak burung. Waktu ketika neuron tetap aktif berhubungan dengan panjang catatan dalam melodi yang bisa diingat burung nanti.

Spesies burung ini belajar menyanyi secara umum dengan membiakkan dengan mendengarkan orang tuanya dan orang dewasa lainnya bernyanyi. Studi ini menunjukkan bahwa alat itu mengambil peran orang tua, membimbing burung dalam menghafal melodi tanpa benar-benar mendengarnya.

Foto: Pixabay

Temuan serupa di otak manusia mungkin mengambil

Diterbitkan dalam jurnal Science, penelitian ini adalah yang pertama untuk mengkonfirmasi bahwa wilayah otak menyandikan memori "perilaku" dan mengarahkan untuk meniru ucapan atau perilaku tertentu. Ahli ilmu saraf Todd Roberts dari University of Texas Southwestern Medical Center menunjukkan bahwa "dua wilayah otak yang kami uji dalam penelitian ini hanya mewakili satu bagian dari teka-teki."

Para peneliti juga menemukan bahwa bahkan jika komunikasi antara dua daerah otak terganggu setelah burung itu mempelajari lagu melalui ingatan, ia tetap dapat menyanyikannya. Sekarang, jika komunikasi terputus sebelum dia bisa membentuk memori, dia tidak akan pernah bisa mempelajarinya.

Lebih lanjut Roberts menyatakan bahwa mungkin dibutuhkan waktu untuk penemuan serupa dilakukan di otak manusia. "Otak manusia dan jalur yang terkait dengan bicara dan bahasa jauh lebih rumit daripada sirkuit burung, tetapi penelitian kami memberikan petunjuk kuat tentang di mana mencari lebih banyak wawasan tentang gangguan perkembangan saraf, " jelasnya.

Penelitian harus terus mencari tahu bagaimana pembelajaran vokal dan perkembangan bahasa terjadi di otak manusia.